Selamat datang di blog Himasasi Unsoed... Semoga Anda dalam keadaan sehat dan bahagia... Terima kasih sudah berkunjung... Salam Sastra dan Salam Budaya...

Takhayul, Teknologi, dan Cinta Segitiga di Carpathian


The Castle of The Carpathians. Sesuai judulnya, novel ini menceritakan tentang kastil tua di Pegunungan Carpathian, Transylvania. Kepulan asap di kastil tua itu mengusik ketenangan penduduk desa Werst yang masih mempercayai takhayul. Mereka percaya bahwa kastil tua itu dihantui oleh arwah sang pemilik yang dirumorkan telah tewas. 

Ketakutan mereka semakin menjadi setelah seorang pemuda pergi ke kastil bersama seorang dokter desa. Mereka kembali dengan kondisi yang mengenaskan karena kejadian-kejadian tak masuk akal saat mencoba masuk ke dalam bangunan tua itu. Kengerian yang dirasakan penduduk desa terus bertambah seiring dengan rumor-rumor yang tersebar. 

Di tengah huru-hara cerita tak masuk akal—yang dianggap sebagai kejadian mistis mengerikan oleh penduduk desa—itu, seorang pengembara bernama Count Franz de Télek yang sedang mampir ke desa Werst justru mengolok-olok ketakutan penduduk. Sang Count bersikeras untuk membuktikan sendiri bahwa ketakutan penduduk desa hanyalah sebuah rumor yang tidak benar.

Setelah berhasil memasuki kastil, Count Franz malah bertemu dengan wanita yang paling ia cintai, yang telah lama tewas dengan tragis. Ia juga menemukan orang yang paling ia benci, dalang di balik kematian sang kekasih sekaligus pemilik kastil yang ternyata masih hidup. Obsesi Baron Rodolphe de Gortz, sang pemilik kastil, terhadap suara merdu kekasih Count Franz membuatnya mengambil tindakan gila. Sang Baron tidak terima kalau penyanyi opera favoritnya akan meninggalkan panggung opera untuk menikah dengan Count Franz.

Ide dan penemuan Baron de Gortz telah mengabadikan suara indah dan paras elok sang penyanyi. Dengan begitu, semua penampilan sang penyanyi hanyalah milik Sang Baron seorang. Selain itu, ia juga yang telah memupuk takhayul dalam kepercayaan penduduk desa Werst agar mereka tak mendekat ke kastil. 

Count Franz berhasil menguak misteri di balik cerita dan rumor yang berkembang di desa kecil itu. Segala kejanggalan yang menghantui penduduk desa Werst pada akhirnya dapat dijelaskan secara logis. Meski dapat dipahami secara logika, penduduk desa itu masih memercayai takhayul dan menolak untuk percaya pada kecanggihan teknologi. Pemikiran mereka yang kurang terbuka dengan latar belakang pendidikan terbatas membuat penduduk desa Werst lebih mudah untuk memercayai takhayul daripada memahami logika.

Terbit pertama kali di tahun 1893, misteri yang membalut fiksi ilmiah di dalamnya membuat novel terjemahan ini sangat menarik untuk dibaca. Bumbu romantis dalam novel ini tidak begitu mendominasi, sehingga dapat mengimbangi sisi misteri di dalamnya. Sayangnya, prolog yang terlalu panjang terasa sedikit membosankan.

Meski tidak setenar karya Jules Verne yang lain, The Castle of The Carpathians adalah salah satu novel yang harus masuk dalam daftar bacaan. Rasa bosan di awal cerita akan terbayar lunas saat konflik mulai muncul hingga akhir cerita. Penggambaran latar mulai dari tempat hingga suasana cukup lengkap, sehingga pembaca dapat mengimajinasikan apa yang dimaksud oleh penulis.

*) Sampul buku:

Sumber: Mizanstore.com 

Konten: Fishanida (Mesiu)

Posting Komentar

0 Komentar