Pendekatan mimetik memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dunia kehidupan nyata sebagaimana dikemukaan pertama oleh pemikiran filsuf Yunani, yakni Plato dan Aristoteles. Plato berpendapat bahwa seni hanyalah tiruan alam yang nilainya jauh dibawah realitas sosial dan ide, sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu membedakannya dari segala sesuatu yang nyata dan umum karena seni merupakan aktivitas manusia, mimetis bukan sekadar tiruan, bukan sekadar potret dan realotas, melainkan telah memalui kesadaran personal batin si pengarang yang membuat karya sastra.
Pendekatan mimetik adalah pendekataan kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra itu sendiri. Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai imitasi dan realitas (Abrams 1981:89).
Semi (1985: 43) menuliskan bahwa pendekataan mimetik bertolak dari pemikiran bahwa sastra (sebagaimana hasil seni yang lain) merupakan pencerminan atau representasi kehidupan nyata. Sastra merupakan tiruan atau pemaduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang atau hasil imajinasi pengarang yang bertolak dari suatu kenyataan.
Manurut
Waloyu (1994:20), cerita fiksi merefleksikan kehidupan masyarakat. Sering kali
dinyatakan bahwa karya sastra merupakan dokumentasi sosial. Cerita fiksi adalah
karya sastra yang paling bersifat mimetik (meniru kenyataan dari kehidupan
masyarakat).
Secara
umum pendekataan mimetik merupakan suatu anggapan bahwa karya sastra merupakan
suatu tiruan alam atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia di semesta ini.
Sasaran yang diteliti dalam pendekatan ini yaitu sejauh mana karya sastra merepresentasikan
dunia nyata atau semesta dan memungkinkan adanya intelektualitas suatu karya
sastra dengan karya yang lain.
Ada
beberapan kelebihan dari pendekatan mimetik, yakni 1) mampu mengatikan atau
menghubungan antara karya sastra dengan kehidupan nyata yang ada, 2) Pendekatan
ini dapat menitikberatkan antara karya sastra dengan kenyataan yang ada di luar
karya sastra yang dianalisi, dan 3) dapat memaknai karya sastra dengan lebih
konkret karena analisisnya didasarkan pada realitas yang ada pada saat itu.
Adapun
kekurang dalam pendekatan mimetik antara lain: 1) menurut Plato, pendekatan
mimetik hanya menghasilkan imitasi dan khayalan tentang kenyataan dan masih saja
jauh dari kebenaran, 2) pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan secara
langsung antara ralitas faktual, sehingga hakikat dari karya sastra yang fiktif
imajiner seringkali terlupakan, dan 3) rekonstruksi makna dalam karya sastra hanya
dengan menggunakan pendekatan mimetik saja belum bisa dikatakan memuaskan,
sehingga karya tersebut masih harus dianalisis menggunakan pendekatan lain.
0 Komentar