Wayang Kulit (Hanacaraka) adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wayang berasal dari kata “Ma Hyang” yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna “bayangan”, hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.
Wayang kulit dimainkan oleh
seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi
oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayagadan temabang yang
dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir,
yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu
listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di
sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Wayang kulit dihasilkan dari bahan
kulit kerbau yang sudah diproses menjadi kulit lembaran, perbuah wayang membutuhkan
sekitar ukuran 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan peralatan
yang dipakai yaitu besi berujung runcing berbahan dari baja yang bermutu benar.
Besi baja ini dihasilkan terlebih dahulu dalam berbagai wujud dan ukuran, benar
yang runcing, pipih, kecil, agung dan wujud lainnya yang masing-masing benar
fungsinya berbeda-beda.
0 Komentar