Perang pandan adalah salah satu tradisi yang ada di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali. Perang pandan juga disebut dengan istilah makere-kere. Upacara perang pandan menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing. Peran pandan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan untuk menghormati dewa Indra atau Dewa perang. Perang pandan merupakan bagian dari ritual Sasihh Sembah. Sasih sembah ialah ritual terbesar yang ada di Desa Tenganan.
Ritual
perang pandan dilakukan di depan balai pertemuan desa Tenganan. Perang pandan
dilakukan setiap bulan kelima atau sasih kalima dalam penanggalan desa adat
Tenganan. Ritual perang pandan berlangsung kurang lebih selama dua hari
berturut-turut. Upacara ritual ini dilakukan setiap satu tahun sekali. Perang
pandan dilaksanakan mulai dari jam 2 sore hingga selesai selama tiga jam.
Perang pandan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan untuk menghormati
dewa Indra atau Dewa perang. Perang pandan merupakan bagian dari ritual Sasih
Sembah. Sasih sembah ialah ritual terbesar yang ada di Desa Tenganan.
Tradisi
perang pandan, dilakukan dengan menggunakan pandan berduri sebagai alat atau
senjata untuk berperang. Pandan berduri yang digunakan adalah pandan yang sudah
diikat sehingga berbentuk seperti gada. Peserta perang pandan juga menggunakan
sebuah tameng. Tameng tersebut digunakan untuk melindungi diri dari serangan
lawan. Tameng yang digunakan pada perang pandan terbuat dari rotan yang
dianyam. Perang pandan diiringi musik gamelan seloding. Seloding adalah alat
musik di daerah Tenganan yang hanya boleh dimainkan oleh orang yang disucikan.
Alat musik ini juga tidak sembarangan dimainkan, melainkan hanya pada acara tertentu
saja. Alat tersebut memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar yaitu tidak
boleh menyentuh tanah.
0 Komentar