Selamat datang di blog Himasasi Unsoed... Semoga Anda dalam keadaan sehat dan bahagia... Terima kasih sudah berkunjung... Salam Sastra dan Salam Budaya...

Kesenian Buncis Banyumasan


Buncis di Banyumas bukan sekedar nama sayuran untuk lauk pauk. Buncis juga menjadi nama salah satu kesenian local setempat. Kesenian ini tersaji dalam bentuk seni pertunjukan rakyat. Pemain terdiri dari delapan orang yang menari sambil menyanyi, sekaligus menjadi musisinya. Dalam sajiannya keseluruhan pemain mengenakan kostum berupa kain yang dibuat menyerupai rumbai-rumbai menutup aurat. Sedangkan di kepalanya dikenakan mahkota yang terbuat dari rangkaian bulu ayam.

Para pemain dalam pertunjukannya membawa alat musik angklung berlaras slendro. Masing masing membawa satu buah alat musik yang berisi satu jenis nada yang berbeda. Enam orang di antaranya memegang alat bernada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6 (nem) 1 (ji tinggi) dan 2 (ro tinggi). Dua orang yang lain memegang instrument kendhang dan gong bumbung. Dalam membangun sajian musical, masing-masing pemain menjalankan fungsi nada sesuai dengan alur lagu balungan gendhing. Dari permainan alat-alat musik yang demikian, mereka mampu menyajikan gendhing-gendhing Banyumasan.

Hingga saat ini seni buncis masih bertahan hidup di wilayah kecamatan Somagede, tepatnya di Desa Tanggeran, Klinting, dan Sokawera. Semua berjumlah empat kelompok, yaitu di Tanggeran terdapat dua kelompok, Klinting (satu kelompok), dan Sokawera (satu kelompok). Hingga dasawarsa 1970-an, buncis masih bias ditemukan di wilayah kecamatan Kemranjen dan Kebasen. Namun seiring dengan perubahan jaman dari era tradisional-agraris ke modern teknologis, keberadaan seni buncis di kedua kecamatan ini berangsur-angsur mengalami kepunahan.

Posting Komentar

0 Komentar