Selamat datang di blog Himasasi Unsoed... Semoga Anda dalam keadaan sehat dan bahagia... Terima kasih sudah berkunjung... Salam Sastra dan Salam Budaya...

Tradisi Begalan Masyarakat Banyumas

Banyumas merupakan wilayah Jawa Tengah yang terletak di perbatasan Jawa Barat yang dipengaruhi oleh budaya Sunda sehingga menjadikan Banyumas memiliki kekhasan bahasa, adat-istiadat, kesenian dan budaya yang khas. Banyumas kaya akan berbagai bentuk kesenian yang sampai saat ini masih tumbuh dan berkembang di masyarakat desa maupun kota, seperti kesenian Lengger Calung, Aksimudha, Angguk, Aplang, Baritan, Bongkel, Buncis, Calung, Ebeg, Begalan, Ujungan, Baritan, dan Dames. Kesenian tersebut pada awalnya memiliki fungsi sebagai sarana upacara keagamaan, upacara selamatan desa, upacara selamatan pascapanen, media pendidikan, dan dakwah. Namun, sekarang kesenian tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga fungsi kesenian pun berubah menjadi sarana hiburan.

Begalan merupakan salah satu tradisi budaya masyarakat Jawa, utamanya Banyumas yang dilaksanakan sebagai bagian dari prosesi pernikahan. Begalan pertama kali diperkenalkan semasa Bupati Banyumas XIV yakni Raden Adipati Tjokronegoro (tahun 1850). Tradisi begalan dilaksanakan setelah acara akad  nikah atau pada saat resepsi ditempat calon mempelai perempuan dimana yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama perempuan.

BACA JUGA : Tradisi Cowongan Budaya Lokal Banyumas

Kesenian yang masih dipercaya sebagai sarana tolak bala, ruwatan, dan mohon keselamatan dalam upacara pernikahan adalah seni tutur begalan. Tradisi Begalan dalam bentuk penyajiannya berupa tarian, dialog dan nyanyian atau tembang. Dalam Pelaksanaan Seni Tutur Begalan dilakukan oleh dua orang pemain, yaitu Suradenta sebagai tokoh begal dan Surantani· tokoh yang membawa persyaratan dan peralatan pernikahan yang akan diserahkan kepada pihak perempuan yang dibegal.

Perlengkapan dan peralatan (properti) yang ada dalam begalan memiliki makna atau arti yang penting melalui simbol-simbol yang diharapkan dapat dilakukan dan dihayati oleh masyarakat Banyumas. Begalan dipertunjukkan tidak hanya sekedar untuk tontonan atau hiburan, namun juga sebagai tuntunan hidup yang mengandung unsur nilai pendidikan sehingga masyarakat perlu memahami makna pada simbol/lambang yang terdapat dalam kesenian tersebut. Selain itu, begalan juga sebagai salah satu bagian dalam upacara pernikahan, yang dapat digunakan sebagai penolak bala, media pendidikan, dan penyampaian petuah/nasihat pada mempelai berdua dalam berumah tangga dan masyarakat pada umumnya melalui pemahaman terhadap makna simbolis pada properti atau peralatan yang dibawa oleh pemain serta dialog pemain.

Tradisi begalan mengandung makna simbolik secara tersirat pada properti pertunjukan yang isinya berupa nasihat perkawinan atau sebagai doa-doa yang ditujukan kepada calon pengantin yang akan memasuki rumah tangga baru. Makna simbolis yang tersirat pada properti pertunjukan begalan antara lain:

(1) Ian dikonotasikan dunia atau dalam bahasa Jawa disebut jagat gumelar.

(2) Ilir dikonotasikan Susuhing angin (sarang angin atau sumber angin).

(3) Kukusan dikonotasikan kadang papat lima pancer yang merupakan nafsu empat macam yaitu amarah, luamah, supiah, dan mutmainah.

(4) Pedaringan simbol istri yang harus mempunyai sifat gemi.

(5) Layah yakni ciri suami dan istri harus mampu untuk mawas diri.

(6) Muthu mampu memecahkan segala macam persoalan yang menghadang.

(7) Irus mampu mengolah berbagai macam rasa.

(8) Siwur dalam hidup berkeluarga maupun bermasyarakat orang tidak boleh ngawur.

(9) Padi mengajarkan pasangan suami istri untuk bersedia kerja keras mengolah lahan pertanian.

(10) Wangkring mampu bersikap toleran terhadap segala keadaan agar tidak sampai terjadi terputusnya hubungan antara suami dan istri atau senang susah mikul bareng-bareng.

(11) Sapu Sada dalam kehidupan berumah tangga harus mempunyai sifat gotong royong.

(12) Suket dalam kehidupan berumah tangga harus mempunyai sifat setia.

(13) Dalam hidup bermasyarakat sebagai pasangan suami istri harus dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat melalui wadhah-wadhah tertentu yang ada di masyarakat.

(14) Daun Salam dalam kehidupan berumah tangga harus selalu mencari keselamatan.

(15) Tampahdalam kehidupan berumah tangga harus dapat menyaring perbuatan baik dan buruk.

Posting Komentar

0 Komentar