Strukturalisme adalah cara pandang secara filosofis objek atau realitas. Jika ditempatkan dalam model pendekatan sastra, cara pandang strukturalisme yaitu untuk mengkaji karya sastra dari aspek intrinsiknya.
Ide dasar strukturalisme adalah penolakannya terhadap teori mimetik, ekspresif, dan historis, yang sebelumnya telah memperoleh tempatnya dalam studi karya sastra. Pemahaman terhadap karya sastra dapat diteliti dengan bertumpu pada teks itu sendiri tanpa melibatkan aspek-aspek sosial dan sejarahnya. Serta dalam perkembangannya, strukturalisme berevolusi sehingga muncul teori-teori seperti: Formalisme, Strukturalisme Dinamik, Semiotik, dan strukturalisme Genetik.
Secara definitif strukturalisme merupakan paham mengenai unsur-unsur, yakni struktur itu sendiri, dengan hubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya. Hubungan tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, namun juga bersifat negatif, seperti adanya konflik dan pertentangan.
Strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya sastra, seperti prosa, puisi, dan drama, ketiga jenis karya ini memiliki unsur-unsur yang berbeda-beda. Perlu dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya sastra tersebut. Unsur pokok yan terdapat dalam prosa yakni: tema, peristiwa atau kejadian, latar atau seting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut pandang, dan gaya bahasa. Lalu unsur yang terkandung dalam puisi diantaranya: tema, stilistika atau gaya bahasa, imajinasi, ritme, rima, diksi, simbol, dan nada. Dan unsur-unsur yang terkandung dalam drama, berhubungan dengan teks yakni: tema, dialog, dan peristiwa.
Langkah yang perlu dilakukan seorang penelitis struktural murni menurut Endraswara (2011: 52-53) adalah sebagai berikut:
1. Membangun teori struktur sastra sesuai dengan genre sastra yang diteliti. Struktur yang dibangun harus mampu menggambarkan teori struktur yang handal.
2. Peneliti melakukan pembacaan secara cermat, mencatat unsur-unsur struktur yang terkandung dalam bacaan itu. Setiap unsur dimasukkan ke dalam kartu data, sehingga memudahkan analisis.U
3. Unsur tema, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum membahas unsur lain. Tema adalah jiwa dari karya sastra itu, yang akan mengalir ke dalam setiap unsur. Tema harus dikaitkan dengan dasar pemikiran atau filosofi karya secara keseluruhan. Tema juga sering tersembunyi dan atau terbungkus rapat pada bentuk. Karena itu, pembacaan berulang-ulang akan membantu analisis.
4. Setelah analisis tema, baru analisis unsur-unsur lain sebagaimana dikemukakan teori struktur yang digunakan.
5. Yang harus diingat, semua penafsiran unsur-unsur harus dihubungkan dengan unsur lain, sehingga mewujudkan kepaduan makna struktur.
6. Penafsiran harus dilakukan dalam kesadaran penuh akan pentingnya keterlibatan antar unsur.
0 Komentar