Hermeneutik secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna. Secara etimologis, istilah hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan atau bentuk nomina hermeneia yang berarti penafsiran. Dua kata ini dalam beragam bentuknya muncul beberapa kali dalam teks klasik seperti Organon dan Peri Hermenias karya filsuf besar Yunani Aristoteles. Dalam bentuk kata benda, kata hermeneia juga muncul dalam karya filsuf Yunani lain seperti Plato, Xenophon, Plutarch, Euripides, Epicurus, Lucretius dan Longinus. Dengan menelusuri asal katanya, hermeneutika mengarah pada arti “membuat menjadi mengerti”, khususnya ketika proses ini mengikutsertakan bahasa, di mana bahasa merupakan medium dalam proses memahami.
Proses ini dikaitkan dengan peran hermes dalam
mitologi Yunani yang bertugas sebagai pembawa pesan, sekaligus penafsir bagi
pesan-pesan para dewa. Ini sejalan dengan makna kata kerja hermeneuein yang
meliputi 3 (tiga) aktifitas:
1.
Mengekspresikan secara lantang dengan kata-kata, atau sebut saja
“mengatakan”.
2.
Menerangkan, seperti dalam menerangkan situasi.
3.
Menerjemahkan, seperti dalam menerjemahkan pesan ke dalam bahasa asing.
Ketiga aktifitas tersebut tercakup dalam makna kata “menafsirkan”.
Hermenika
secara historis berasal dari motologi Yunani, yang berasal dari seorang tokoh
mitologis yang bernama hermes yakni seorang utusan yang mempunyai tugas sebagai
perantara/ penghubunga antra dewa jupiter dengan manusia. pada intinya ia menyampaikan
pesan dari dewa jupiter kepada manusia. hermes dilukiskan sebagai seorang yang
mempunyai kaki bersayaf dan lebih banyak dikenal dengan sebutan merqurius dalam
bahasa latin.
Tugas
Hermes adalah meninterpretasikan pesan-pesan dari dewa Jupiter diginung olympus
kedalam bahasa yang dapat dimengerti oleh umat manusia. oleh sebab itulah
fungsi Hermes disini sangat urgen dan fital sekali karena kalau terjadi
kesalahan pemehaman tentang pesan pesan dewa tersebut akibatnya akan pfatal
bagi manusia.
Hermes
harus mampu menginterpretasikan atau menyaadur sebuah pesan kedalam bahasa yang
digunakan oleh penuturnya. kalau di asosiasikan secara skilas hermeneutik
dengan hermes, menunjukan akhirnya pada tiga unsur yang akhirnya menjadi
periable utama pada kegiatan manusia dalam memahami dan membuat interpretasi
terhadap berbagai hal yakni: 1) tanda, pesan atau teks yang menjadi sumber atau
bahan dalam penafsiran yang diasosiasikan dengan pesan pesan yang dibawa Hermes
dari dewa Jupiter di gunung Olimpus tadi, 2) perantara atau penafsir (Hermes),
dan 3) penyampaian pesan itu leh sang perantara agar bisa dipahami dan sampai
kepada yang menerima.
Hermenetik
menurut pandangan kritik sastra ialah Sebuah metode untuk memahami teks yang
diuraikan dan diperuntukkan bagi penelaahan teks karya sastra. Hermenetik cocok
untuk membaca karya sastra karena dalam Kajian sastra, apa pun bentuknya,
berkaitan dengan suatu aktivitas yakni interpretasi (penafsiran). Kegiatan
apresiasi sastra dan kritik sastra, pada awal dan akhirnya, bersangkutpaut
dengan karya sastra yang harus diinterpreatasi dan dimaknai.
Mula-mula
perlu disadari bahwa interpretasi dan pemaknaan tidak diarahkan pada suatu
proses yang hanya menyentuh permukaan karya sastra, tetapi yang mampu
"menembus kedalaman makna" yang terkandung di dalamnya. Untuk itu,
interpreter (si penafsir) mesti memiliki wawasan bahasa, sastra, dan budaya
yang cukup luas dan mendalam. Berhasil-tidaknya interpreter untuk mencapai taraf
interpretasi yang optimal, sangat bergantung pada kecermatan dan ketajaman
interpreter itu sendiri.
Karya
sastra dalam pandangan hermeneutic ialah sebagai objek yang perlu di
interprestasikan oleh subjek (hermeneutik). Subjek dan objek tersebut adalah
term-term yang korelatif atau saling bertransformasi satu sama lain yang
sifatnya merupakan hubungan timbal balik. Tanpa adanya subjek, tidak akan
objek. Sebuah benda menjadi objek karena kearifan subjek yang menaruh
perhatiaan pada subjek itu. Arti atau makna diberikan kepada objek oleh subjek,
sesuai dengan pandangan subjek. Hussrel menyatakan bahwa objek dan makna tidak
akan pernah terjadi secara serentak atau bersama-sama, sebab pada mulanya objek
itu netral. Meskipun arti dan makna muncul sesudah objek atau objek menurunkan
maknanya atas dasr situasi objek, semuanya adalah sama saja. Maka dari sinilah
karya sastra dipandang sebagai lahan (objek) untuk ditelaah oleh hermeneutic
supaya muncul interpretasi pemahaman dalam teks karya satra tersebut.
Menurut Hanafi, hermeneutik bukan hanya ilmu
interpretasi, yakni suatu teori pemahaman, tetapi juga berarti ilmu yang menjelaskan penerimaan wahyu sejak dari tingkat
perkataan sampai ke tingkat dunia. Ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai
kenyataan, dari logos sampai ke praxis, dan juga transformasi wahyu dari
pikiran Tuhan kepada kehidupan manusia. Proses pemehaman hanya menduduki
tingkat kedua.
Yang pertama adalah kritik kesejarahan, yang
menjamin keaslian kitab suci dalam sejarah, tidak mungkin akan terjadi
pemahaman bila tidak ada kepastian bahwa apa yang dipahami itu secara historis
asli. Kedua, kita memiliki kesadaran eidetik, yang menjelaskan
makna teks dan menjadikanya rasional. Ketiga adalah kesadaran praktis yang
menggunaakan makna tersebut sebagai dasar teoretis bagi tindakan dan
mengantarkan wahyu pada tujuan akhirnya dalam kehidupan manusia dan di dunia
ini sebagai struktur ideal yang mewujudkan kesempurnaan dunia.
0 Komentar