Kalau dibilang kenal, sebenarnya aku tidak cukup mengenalmu. Kenalan secara resmi ... tidak pernah terjadi. Mengobrol apalagi.
Tapi, kenapa kamu attractive sekali?
Beberapa kali aku tahu kamu sudah punya kekasih lewat cerita Instagram-mu. Sebenarnya, ya, tidak apa-apa juga. Aku kan hanya sekadar pengikut media sosialmu. Istilah zaman sekarang: penonton story. Haha.
Tapi kemarin berbeda. Pertama kalinya kita berinteraksi, di suasana tidak terduga.
Sepulang kuliah, aku mampir ke majalah dinding di samping tangga. Mau melihat karya perdanaku di sana. Rasanya bahagia sekali melihat tulisanku dibaca orang banyak, orang-orang di kampus. Sampai tiba-tiba lelaki berpostur tegap tiba-tiba berdiri di sebelahku, ikut melihat majalah dinding.
“Bagus loh cerpennya, aku suka gaya bahasa yang santai begitu.” Aku menjeling, mengerutkan dahi.. Lelaki di sebelahku ini, berbicara dengan siapa?
“Tulisanmu, kan?” tanyanya, sambil menunjuk karyaku. Aku masih tidak sadar bahwa ia dari tadi mengajakku berbicara.
“Hey, aku ngomong sama kamu. Kamu Ina, kan?” Ia terkekeh kecil.
Aku melotot, bagaimana dia bisa tahu Ina sang penulis karya yang ia tunjuk adalah aku? Dengan sedikit berdebar, aku menoleh.
Terkejut, ternyata dia adalah … dia. Lelaki yang selalu kutonton cerita Instagramnya. Lelaki yang selama ini hanya kulihat dari layar ponsel. Lelaki yang selama ini hanya sekadar kutahu namanya, tanpa ia tahu namaku. Sekarang ia berdiri di hadapanku, setelah menyebut namaku, dan memuji karyaku.
Bukan main … Mimpi apa aku semalam?
“Eh? IYA! Kok tahu penulisnya di sini, hahaha,” jawabku seadanya. Aku mati kutu. Ini pertama kalinya aku mengobrol dengannya.
“Tahu, dong! Kita udah mutual-an Instagram kalau aku enggak salah ingat.”
Astaga … Di saat seperti ini, aku butuh teman-temanku untuk segera membawaku pergi dari tempat dan suasana canggung seperti ini. Bisa-bisanya ia juga menyadari bahwa kita sudah saling follow akun Instagram?!
Aku meringis, mengusap tengkukku kaku.
“Kamu memang suka nulis, ya?” tanyanya. Aku tidak yakin apakah aku harus menjawabnya. Karena pertanyaannya aneh sekali.
Dia kan baru pertama kali melihat karyaku, kenapa bisa langsung menyimpulkan bahwa aku suka menulis hanya dari satu tulisan?
“Em … Lumayan. Buat meluapkan perasaan aja sih. Enggak yang rutinan nulis gitu, hehe.” Aku masih menjawab dengan kaku. Ia hanya manggut-manggut.
Kami saling diam sejenak. Kembali ke urusan masing-masing melihat karya yang lain. Sesekali ia tertawa kecil karena anekdot yang ia baca atau ber-wah pada puisi indah yang ia rapal.
Ayolah … Kamu tidak mau beranjak duluan, kah? Aku tidak bisa berbasa-basi “Duluan ya” atau “Eh, aku tinggal ya?”. Aku sangat payah dalam hal seperti itu. Tidak mungkin juga kan aku meninggalkan dia begitu saja, tiba-tiba menghilang. Bisa-bisa image baik yang sudah susah payah aku bangun ini runtuh begitu saja.
“Oh ya, aku boleh minta nomormu?” tanyanya, sebelum kuiyakan, ia sudah menyiapkan ponselnya.
Kejutan apa lagi ini?
“Eh… buat apa?”
“Loh, aku mau berteman sama penulis keren di sebelahku. Kalau kamu enggak berkenan ya sudah tidak apa-apa, toh kita sudah mutual-an di Instagram, kan?” Ia tersenyum.
Astaga! Ya Tuhan! Situasi canggung macam apa ini? Kenapa aku jadi takut dengannya … Apakah aku memang lebih baik tidak usah mengenalnya saja? Kenapa hari ini harus terjadi?
“Iya … Maaf ya, aku enggak bisa kasih nomorku. Kalau mau berteman, kita bisa interaksi dan komunikasi lewat DM aja, kok.” Aku menolaknya dengan halus. Sesenang apapun aku, tetap saja takut kalau tiba-tiba lelaki yang kukenal secara sepihak meminta nomor teleponku.
Sambil mengangguk mengerti, ia memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana.
“Oke, Ina. Enggak apa-apa. I’ll reach you soon yaa di Instagram. Aku duluan ya. Sekali lagi, ceritamu bagus banget!”
“Terima kasih,” desisku sambil tersenyum. Melihat lelaki itu sudah melangkah sejauh dua meter. Namun, tiba-tiba ia berhenti. Kembali menoleh ke arahku.
“Tulisanmu di blog merangkai kata juga bagus!” Ia kembali melangkah, sangat cepat, jalan cepat.
Aku terkejut bukan main, melotot, berdebar, jantungku merekah, wajahku memerah.
KOK DIA TAHU AKU BLOGGER ITU!?
Penulis: Nafisha Rizky Dhiaz Zachrie
0 Komentar