(TANPA JUDUL)
Karya: Nur Nafsi Jannaty
Kusimpan disudut paling dalam.
Tapi masih saja mengintip dari celah-celah gagang pintu.
Ternyata rindu itu bukan sebab kau jauh dariku,sayang.
Tapi karena aku yang terbiasa denganmu
Lalu,tiba-tiba aku mesti melakukan semuanya sendiri.
Ah,padahal sebelum datang tatapmu diwajahku,aku sudah melakukannya sendiri.
Jadi,kau yang membuatku tak bisa mandiri.. merasa membutuhkan seseorang terkadang menyakitkan. Sebab ada ketakutan yang menyelip kalau-kalau aku tak bisa lagi direngkuh mu.
Aku tak bisa lagi memanggilmu.
Aku tak bisa lagi memintamu datang menghiburku.
Ada sekantong rindu yang kuambil dari lemari.
Biar menemani sepi saat kau pergi. Tapi,toh, saat kau tak berjarak denganku,aku tetap merasakan rindunya mengitari hati.
Sekantong rindu itu kusebar di langit-langit kamar.
Biar saat aku tertidur,rindu itu mengajakku menujumu.
Lalu kubagikan serpihannya kepada angin,biar tertiup sampai ke relungmu.
Kutitipkan pada bintang,lalu tunjuklah dengan jemarimu.
Rinduku tergantung disana.
Masih ingat,ada malam yang begitu indah saat hati kita belum membuka dirinya ? Disana aku hanya bisa memandangi lekatmu dalam pekat dan matamu menjawab sedikit tanya tanya. Intuisi yang kukira hanya sekejap mata
Kali ini,Sekantong rindu ku tukar dengan doa.
Sebab aku tak ingin rindu ini nantinya tak berasal dari dua arah.
Sebab aku ingin rindu ini yang terakhir meresapi jemariku. Sekantong rindu terakhir dariku untukmu.
0 Komentar